Varian Virus Corona XE Sangat Berisiko Tinggi Bagi yang Belum Divaksin, Ini Kata Epidemiolog Malaysia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Varian baru Covid-19 XE membuat dunia khawatir lantaran diduga lebih menular dibandingkan varian aslinya yaitu Omicron (BA.1). Menurut ahli epidemiologi medis Universiti Putra Malaysia Malina Osman bahwa XE tercatat berisiko tinggi bagi mereka yang belum divaksinasi, atau tidak memiliki infeksi sebelumnya.
Namun, Malina percaya bahwa situasinya akan terkendali karena Malaysia memiliki cakupan program baik, kepatuhan baik terhadap protokol kesehatan, dan langkah-langkah yang diterapkan untuk membatasi penyebaran.
"Apa yang harus kita fokuskan sekarang adalah memastikan cakupan vaksin di antara mereka berusia lima hingga 11 tahun, booster untuk mencapai cakupan setidaknya 70 hingga 80 persen, dan penyediaan khusus untuk anak-anak di bawah lima tahun, serta mereka yang tidak dapat divaksinasi,” kata Prof Malina dilansir Strait Times, Jumat (8/4/2022).
Hal tersebut juga senada dengan Ketua Relawan untuk Pelibatan dan Pemberdayaan Masyarakat Covid-19 Malaysia Zainal Ariffin Omar. Ia menegaskan pentingnya testing Covid-19 berkelanjutan dan mengidentifikasi varian harus dilakukan.
Dia juga mengingatkan untuk meningkatkan sistem perawatan kesehatan akan mampu mengatasi kasus tersebut. "Masih tangguh dan kokoh,” katanya.
Sejauh ini varian XE masih bersaing dengan varian Omicron yang ada untuk menjadi varian dominan. Juga tidak banyak yang tahu dalam hal tingkat keparahannya, dan apakah itu dapat menghindari vaksin.
“Jika karakter varian ini sama dengan Omicron, maka sistem kesehatan kita akan mampu mengatasinya,” jelas Konsultan mikrobiologi klinis Universiti Putra Malaysia Zamberi Sekawi
Sekadar informasi, varian Omicron pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan pada 24 November 2021, dan Malaysia mendeteksi kasus varian Omicron pertamanya pada 2 Desember 2021.
Di mana seorang mahasiswa universitas swasta Afrika Selatan berusia 19 tahun di Ipoh yang tiba dari Afrika Selatan melalui Singapura pada 19 November.
Namun, Malina percaya bahwa situasinya akan terkendali karena Malaysia memiliki cakupan program baik, kepatuhan baik terhadap protokol kesehatan, dan langkah-langkah yang diterapkan untuk membatasi penyebaran.
"Apa yang harus kita fokuskan sekarang adalah memastikan cakupan vaksin di antara mereka berusia lima hingga 11 tahun, booster untuk mencapai cakupan setidaknya 70 hingga 80 persen, dan penyediaan khusus untuk anak-anak di bawah lima tahun, serta mereka yang tidak dapat divaksinasi,” kata Prof Malina dilansir Strait Times, Jumat (8/4/2022).
Hal tersebut juga senada dengan Ketua Relawan untuk Pelibatan dan Pemberdayaan Masyarakat Covid-19 Malaysia Zainal Ariffin Omar. Ia menegaskan pentingnya testing Covid-19 berkelanjutan dan mengidentifikasi varian harus dilakukan.
Dia juga mengingatkan untuk meningkatkan sistem perawatan kesehatan akan mampu mengatasi kasus tersebut. "Masih tangguh dan kokoh,” katanya.
Sejauh ini varian XE masih bersaing dengan varian Omicron yang ada untuk menjadi varian dominan. Juga tidak banyak yang tahu dalam hal tingkat keparahannya, dan apakah itu dapat menghindari vaksin.
“Jika karakter varian ini sama dengan Omicron, maka sistem kesehatan kita akan mampu mengatasinya,” jelas Konsultan mikrobiologi klinis Universiti Putra Malaysia Zamberi Sekawi
Sekadar informasi, varian Omicron pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan pada 24 November 2021, dan Malaysia mendeteksi kasus varian Omicron pertamanya pada 2 Desember 2021.
Di mana seorang mahasiswa universitas swasta Afrika Selatan berusia 19 tahun di Ipoh yang tiba dari Afrika Selatan melalui Singapura pada 19 November.
(hri)